Iklan

Ketikkan Kata Kunci

Saturday, December 10, 2011

Kesimpulan Fister Fisiologi Ternak


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
  1. Frekuensi respirasi permenit terbanyak dilakukan oleh marmot yaitu 79,2 kali tiap tiap menit. Frekuensi respirasi permenit tersedikit dilakukan oleh sapi yaitu 23,6 kali tiap tiap menit. Frekuensi respirasi pada kelinci adalah 77,8 kali; marmot 79,2 kali; ayam 51,6 kali;  burung merpati 51,4 kali; sapi 23,6 kali; dan kambing 27 kali tiap menit. Frekuensi respirasi mamalia lebih cepat dari pada unggas.     Semakin kecil ukuran tubuh maka respirasi semakin cepat. Faktor yang mempengaruhi respirasi adalah faktor emosi, temperatur tubuh, ketakutan, hormonal, jenis kelamin, dan usia.
  2. Suara yang ditimbulkan oleh jantung disebabkan karena membuka dan menutup kleb pada jantung. Frekuensi denyut jantung terbanyak dilakukan oleh kelinci yaitu 95,4 kali tiap menit. Frekuensi denyut jantung terkecil dilakukan oleh sapi yaitu 54,2 kali tiap menit. Frekuensi denyut jantung pada kelinci adalah 95,4 kali; marmot 93,6 kali; ayam 69,4 kali;  burung merpati 61,4 kali; sapi 54,2 kali; dan kambing 65 kali tiap menit. Frekuensi denyut jantung mamalia lebih cepat dari pada unggas. Semakin kecil ukuran tubuh maka frekuensi denyut jantung semakin cepat. Frekuensi denyut jantung antara lain dipengaruhi oleh temperatur tubuh atau stimulasi reseptor panas pada kulit, emosi, ketakutan, hormonal, dan usia.
  3. Waktu pendarahan terlama pada kelinci yaitu 43 detik. Waktu pendarahan tercepat pada ayam yaitu 30 detik. Waktu pendarahan pada ayam adalah 30 detik; burung merpati 39 detik; kelinci 43 detik; dan marmot 42 detik. Waktu pendarahan pada mamalia lebih lama jika dibandingkan dengan waktu pendarahan aves. Faktor yang mempengaruhi antara lain, efisiensi cairan tenunan darah / fibrin dalam mempercepat proses koagulasi, fungsi pembuluh kapiler darah, adanya trombosit didalam darah dan kemampuan trombosit membentuk trombus.
  4. Pembekuan darah adalah mekanisme mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Waktu pembekuan darah adalah waktu yang diperlukan untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Frekunsi pembekuan darah pada ayam adalah 64 detik; burung merpati 45 detik; kelinci 30 detik; dan marmot 65 detik. Waktu pendarahan pada mamalia lebih lama jika dibandingkan dengan waktu pendarahan aves. Faktor yang mempengaruhi pembekuan darah antara lain, faktor adanya trombin yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin, ukuran pembuluh darah, adanya vitamin K, dan adanya ion kalsium.
  5. Komponen seluler darah adalah sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Sel darah merah adalah adalah sel yang berbentuk cakrambikonkaf, dengan bikonkavitas dan mengandung haemoglobin. Sel darah putih adalah sel darah yang berinti dan dapat bergerak bebas sehingga dapat dengan mudah mencerna organisme. Trombosit adalah sel darah yang berbentuk cakram oval dan berfungsi mencegah hilangnya darah saat luka.
  6. Temperatur rektal tertinggi sesudah dijemur pada burung merpati 42,47 ºC dan terendah pada kelinci 38,83 ºC. Temperatur rektal tertinggi sebelum dijemur pada merpati 42,37 ºC dan terendah pada marmot 37,6 ºC. Temperatur rektal sebelum dijemur pada hewan percobaan adalah kelinci 38,4 ºC; marmot 37,6 ºC; ayam 41,5 ºC; burung merpati 42,37 ºC; sapi 39,2 ºC dan kambing 39,9 ºC. Temperatur rektal sesudah dijemur pada hewan percobaan adalah kelinci 38,83 ºC; marmot 39,3 ºC; ayam 41,7 ºC; dan burung merpati 42,47 ºC. Faktor yang mempengaruhi suhu rektal antara lain temperatur tubuh, temperatur lingkungan, hormonal, ketakutan, emosional, dan usia.
  7. Adanya kebuntingan dapat diuji dengan test galimainini. Hormon gonadotropin disekresikan oleh kelenjar pituitari. Hormon gonadotropin dapat merangsang kata jantan untuk mengeluarkan sperma. Hormon gonadotropin terdiri atas FSH, LH, dan LTH. Sperma terdiri dari kepala sperma, badan sperma, dan ekor sperma. Sperma bergerak dan berenang diantara cairan plasma.
  8. Pada sebuah sel atau jaringan dari suatu hewan terdapat komponen yang menyusunnya. Preparat yang diamati adalah otak burung puyuh, jaringan pengikat padat pada kambing dan coecum intestinum crassum burung merpati. Komponen penyusun kulit pada tikus putih adalah epidermis, dermis, akar rambut, dan kelenjar keringat. Komponen penyusun otot polos pada cavia cobaya adalah inti otot polos, sarkolema, dan sarkoplasma. Komponen penyusun coecum intestinum crassum pada burung merpati adalah mukosa, vilus dan kriptus, dan lamina propria
B.     Saran
Di dalam penulisan pembuatan Laporan Praktikum Dasar Fisiologi Ternak ini masih banyak mengalami kekurangan, oleh karena itu jika ada penulisan atau pembuatan Laporan Praktikum Dasar Fisiologi Ternak ini kurang sempurna atau ada kesalahan, maka penulis mohon kritik dan saran serta bimbingan demi kesempurnaan laporan ini supaya dapat dipahami dan dimengerti serta berguna bagi pembaca.

Daftar Pustaka Fister Fisiologi Ternak


DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T, 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta.
Atwood, Stanton, Storey, 1996. Pengenalan Dasar Disritma Jantung. Gajah Mada Press. Yogyakarta
Biofagri, 2006. LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN. http://web.ipb.ac.id/~tpb/tpb/files/materi/prak_biologi/Pengukuran%20MOLEKUL%20CO%20hasil%20RESPIRASI.pdf.Diaksespadatanggal 12 Mei 2010     pukul 20.30
Burkitt, Young, Heath, 1995. Histologi Fungsional. EGC. Jakarta.
Ganong, 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Isnaeni, W, 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Kusumawati, Diah, 2004.Bersahabat dengan hewan coba.Gadjah Mada 
            Press.Yogyakarta.
Martini, 1998. Fundamental of Anatomy and Physiology 4th ed.. Prentice Hall   International Inc., New Jersey.
Murrary, 1999. Biokimia. EGC. Jakarta.
Nurcahyo, Heru, 1998. Anatomi dan Fisiologi Hewan. UNY. Yogyakarta.
Pearce, 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Prawirohartono, Slamet, 2004. Sains Biologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Qisthon, Arif, 2004. Pengaruh Naungan Terhadap Respon Thermoregulasi dan Produktivitas Kambing Peranakan Ettawa. http;//ejournal.unud.ac.id/abstark/sudarmadji%201001020007.pdf. Diaksespadatanggal 10 Mei 2010 jam 13.35.
Schmid, K, and Friends, 1997. Animal Physiology: Adaptation and Environment.             Cambridge University Press. USA.
Subagiyo, Edi, 2007. Perbedaan Tekanan darah Sebelum dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas pada Pekerja bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jwa Tengah Semarang. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH01b9/fa10a15a.dir/doc.pdf. Diaksespadatanggal 12 Mei 2010 pukul 20.05.
Sudarmaji, dkk, 2008. PengaruhPenyuntikan Prostaglandin Terhadap Persentase Birahi dan Angka Kebuntingan Sapi Bali dan PO di Kalimantan Selatan. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/sudarmaji%20100102007.pdf. Diaksespadatanggal 12 Mei 2010 pukul 21.00
Swenson, M.J, 1997. Duke’s Physiology of Domestic Animal. Comstock. Publ. Co. Inc, Ithaca New York.
Yuwanta, Tri, 2000. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta.

Tipus (Tinjauan Pustaka) Fister Fisioligi Ternak


III. TINJAUAN PUSTAKA

A.    Respirasi
Sistem pernapasan terdiri atas rongga hidung atau sinus, batang tenggorok atau trakhea, cabang batang tenggorok atau bronkus, paru-paru dan kantong udara. Pada bangsa burung, udara dihirup masuk mencapai paru-paru dilanjutkan kekantung udara. Pertukaran tekanan dalam kantung udara menyebabkan udara keluar-masuk paru-paru. Gerakan secara aktif menyebabkan terjadinya penghirupan dan penghembusan udara                        ( Akoso, 1996 )
Selama ekspirasi, katub pulmonal dan aorta menutup pada saat yang bersamaan tetapi selama inspirasi, katub aorta menutup sedikit mendahului katub pulmonal. Keterlambatan penutupan katub pulmonal disebabkan lebih rendahnya tahanan percabangan percabangan pembuluh darah pulmonal. Bila diukur dalam periode waktu menit, keluaran kedua ventrikel tentu saja sama, tetapi perbedaan keluaran sementara pada siklus pernafasan terjadi pada orang normal ( Ganong, 1995 ).
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi pada unggas yaitu: 1) Umur ayam, semakin tinggi ayam, semakin tinggi respirasinya, 2) Jenis ayam, ayam tipe ringan (SCWL) lebih tinggi respirasinya daripada tipe berat (pedaging) 3) Aktivitas, semakin banyak aktivitas, semakin tinggi respirasinya, 4)Temperatur lingkungan, yang paling sesuai dengan ayam adalah Zona Neutral thermic,  5)Sirkulasi udara 6) Kepadatan kandang, semakin padat kandang dapat meningkatkan respirasi (Yuwanta, 2000).
Pernapasan merupakan rangkaian proses sejak pengambilan gas atau udara, penggunannya untuk memecah zat, pengeluaran gas sisa pemecahan zat, serta pemanfaat energi yang dihasilkannya, yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup. Pengambilan gas dari lingkungannya berbeda-beda untuk setiap makhluk hidup namun secara garis besar pengambilan gas oleh makhluk hidup ada dua macam yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Pernapasan secara langsung terjadi pada hewan yang tidak mempunyai alat pernapasan khusus, sedangkan pernapasan secara tidak langsung terjadi pada hewan yang belum mempunyai alat pernapasan khusus (Prawirohartono, 2004).
Hewan yang memiliki tingkat perkembangan lebih tinggi biasanya mempunyai aktivitas metabolisme yang lebih tinggi dan ukuran tubuh lebih besar. Mereka memerlikan O2 dalam jumlah lebih besar pula (Isnaeni, 2006).
Faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen, yaitu spesies hewan, suhu lingkungan (terutama bagi hewan ektoterm), dan aktivitas. Selain ketiga hal tersebut, ukuran tubuh juga menentukan besarnya laju konsumsi oksigen (Tobin, 2005). Untuk hewan endoterm, hewan yang berukuran tubuh kecil akan memiliki laju konsumsi oksigen per unit massa yang lebih besar dibanding hewan yang berukuran lebih besar (Biofagri, 2006).
B.     Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan sistole adalah tekanan ruangan dalam suatu bilik maksimum. Pada waktu sistole darah terpompa ke aorta, setelah darah terpompa ke aorta dinding bilik berelaksasi ruangan jantung membesar maksimum sehingga tekanannya menjadi minimum. Tekanan terendah dalam ruangan jantung akibat dari otot jantung berelaksasi disebut tekanan diastole    (Prawirohartono, 2004).
Debaran atau denyutan jantung atau lebih tepat debaran apex, adalah pukulan ventrikel kiri kepada dinding anterior yang terjadi selama kontraksi ventrikel. Debaran atau denyutan ini dapat diraba dan dirasakan denyutannya, dan sering terjadi dan terlihat juga pada ruang interkostal ke lima kiri, kira-kira empat sentimeter dari garis tengah sternum, misalnya ketika kita memegang dada kita, akan terasa adanya pukulan dari dalam (Pearce, 2002).
Jantung mempunyai empat katub utama yang terbuat dari jaringan endokarium. Katub merupakan bangunan mirip penutup yang membuka dan menutup sebagai respon terhadap pemompaan jantung. Dengan membuka dan menutup, katub memungkinkan darah bergerak ke depan keseluruh tubuh dan paru-paru dan mencegah aliran darah kembali (Atwood et al, 1996).
Faktor yang mempertahankan tekanan darah antara lain kekuatan memompa jantung, banyaknya darah yang beredar, viskositas (kekentalan) darah, elastisitas pembuluh darah dan tahanan tepi (Evelyn, 1995).
Sedangkan standart denyut jantung pada keadaan normal tiap menit adalah sebagai berikut : kelinci 120 – 150 kali, marmot 120 – 150 kali, ayam 120 – 170 kali, burung merpati 100 – 150 kali, sapi 40 – 60 kali, dan domba 70 – 80 kali tiap menit (Akoso, 1996).
C.    Waktu Pendarahan
Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan refleks lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi (Schmid,1997).
Sistem vasikuler darah terdiri atas lingkaran pembuluh yang aliran darahnya dipertahankan oleh jantung yang memompa terus menerus. Sistem arteri membentuk jalinan yang menuju kapiler yang merupakan tempat utama pertukaran gas dan metabolit antara jaringan darah, sistem vena mengembalikan darah dari kapiler ke jantung. Sebaliknya, sistem vasikuler limfe semata-mata adalah sistem drainase pasif untuk mengembalikan cairan ekstra vasikuler yang berlebihan, yaitu limfe kedalam sistem vasikuler darah   (Burkitt et al, 1995).
Darah adalah suatu cairan jaringan yang beredar melalui jantung beserta pembuluhnya yang berperan dalam:
  1. Mengangkut oksigen dari alat pernapasan ke seluruh jaringan tubuh yang membutuhkan oksigen. Tugas ini dilakukan oleh hemoglobin
  2. Sebagai benteng pertahanan tubuh dari infeksi berbagai kuman penyakit. Tugas ini dilaksanakan oleh zat antibodi, eritrosit dan leukosit.
  3. Menjaga stabilitas suhu tubuh dengan memindahkan panas yang dihasilkan oleh alat-alat tubuh yang aktif ke alat-alat tubuh yang tidak aktif.
  4. Mengatur keseimbangan asam dan basa untuk menghindari kerusakan jaringan tubuh.
(Prawirohartono, 2004).
Cairan darah atau sering disebut darah pada avertebrata mengandung sedikit dalam plasma darahnya. Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit (platelets) dan zat-zat terlarut lainnya, misal protein plasma (albumin, fibrinogen, dan globin) (Nurcahyo, 1998).
Keping darah (platelet) akan bereaksi jika terjadi luka pada pembuluh. Waktu pendarahan adalah waktu pada saat darah keluar hingga berhenti keluar. Darah yang keluar biasanya mempunyai selang waktu antara 15-20 detik. Biasanya setelah terjadi pendarahan akan terjadi koagulasi darah. Jadi waktu pendarahan sangat berkaitan dengan proses koagulasi darah    (Swenson, 1997).
D.    Pembekuan Darah
Pada dasarnya plasma adalah larutan garam-garam anorganik yang secara tetap ditukarkan dengan cairan ekstra sel dari jaringan tubuh. Plasma juga mengandung protein, protein plasma, yang dapat dibedakan dalam jenis utama yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen. Secara kolektif protein plasma menimbulkan tekanan osmotik koloid didalam sistem sirkulasi, yang membantu mengatur pertukaran larutan cair diantara plasma dan cairan ekstra sel (Burkit et al, 1995).
Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan kalium sitrat atau natrium sitrat yang menghilangkan garam kalsium (Schmidt, 1997).
Hemostatis merupakan peristiwa penghentian pendarahan akibat putusnya atau robeknya pembulih darah, sedangkan trombosit terjadi ketika endotelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Peristiwa ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit (platelet) serat protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan (Murrary, 1999).
Proses pembekuan darah adalah dimulai dari luka yang terdapat pada pembuluh darah sehingga mengenai trombosit, trombosit akan pecah dan pecahnya trombosit tersebut akan menghasilkan anzim trombokinase yang dapat mengubah protrombin menjadi trombin, kemudian trombin yang dibentuk tersebut akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang berupa filamen-filamen / jala (Ganong, 1995).
Keping darah (platelet) akan bereaksi jika terjadi luka pada pembuluh. Waktu pendarahan adalah waktu pada saat darah keluar hingga berhenti keluar. Darah yang keluar biasanya mempunyai selang waktu antara 15-20 detik. Biasanya setelah terjadi pendarahan akan terjadi koagulasi darah. Jadi waktu pendarahan sangat berkaitan dengan proses koagulasi darah    (Swenson, 1997).
Koagulasi darah adalah suatu fungsi penting dari darah untuk mencegah banyaknya darah yang hilang dari pembuluh darah yang rusak (terluka). Bagian dari darah yang sangat berperan dalam proses koagulasi adalah trombosit atau keping darah. Trombosit berasal dari sistem sel di sumsum tulang yaitu mengakarosit yang berkembang menjadi trombosit (Nurcahyo, 1998).
E.     Sediaan Apus/Ulas Darah
Darah adalah cairan yang terdiri atas sel darah merah dan sel darah putih beserta sel-sel yang terdapat didalam plasma darah. Sewaktu darah menggumpal, sel-sel dan material yang lain akan secara bersama-sama membentuk masa yang pekat seperti gelatin dan bagian yang berupa cairan disebut serutin. Sel darah merah memperoleh warna dari haemoglobin yaitu suatu substansi khusus pewarna darah yang berisi zat besi (Akoso, 1996).
Sel darah merah (SDM) atau erythrocyte berasal dari bahasa Yunani, Crythro merah dan cyte=sel, berasal dari erythrom yang merupakan deferensiasi sel darah dalam sumsum tulang belakang. Dengan pengaruh hormon erythropoitin akan berkembang menjadi erythoid. Erythoid akan berkembang menjadi Erythoblast awal, erythoblas awal terus mengalami perkembangan menjadi erythoblast akhir kemudian berkembang menjadi retikulosit dan akhirnya menjadi erythrocyte (Nurcahyo, 1998).
Erytrosit  atau sel darah merah membawa haemoglobin dalam sirkulasi. Sel darah merah berbentuk piring yang  biconcave. Pada mamalia sel darah merah tidak bernukleus kecuali pada awal dan pada hewan hewan tertentu. Sel darah merah pada unggas mempunyai nucleus dan berbentuk elips. Sel darah merah ini terdiri dari air (65%), Hb (33%), dan sisanya terdiri dari sel stroma, lemak, mineral, vitamin, dan bahan organik lainnya dan ion K (Kusumawati,2004).
Sel darah merah merupakan bagian utama dari darah. Bentuknya bikonkaf, tidak berinti, tidak dapat bergerak bebas, dan tidak dapat menembus dinding kapiler. Warna sel darah merah sebenarnya kekuning-kuningan, warna ini disebabkan oleh adanya pigmen darah yang disebut hemoglobin. Hemoglobin adalah protein rangkap yang terdiri dari hemin dan globin. Hemin adalah senyawa asam amino yang mengandung zat besi, senyawa inilah yang menyebabkan warna darah menjadi merah (Prawirohartono, 2004).
Cairan darah atau sering disebut darah pada avertebrata mengandung sedikit dalam plasma darahnya. Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit (platelets) dan zat-zat terlarut lainnya, misal protein plasma (albumin, fibrinogen, dan globin) (Nurcahyo, 1998).
F.     Thermoregulasi
Untuk hewan yang aktivitas sehari-hari biasanya terjadi temperatur maksimum sedangkan pada malam hari akan terjadi temperatur minimum dan hal ini berlangsung sampai pagi hari. Pada hewan yang aktivitasnya pada malam hari yang terjadi sebaliknya (Giancoli, 2001).
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan langsung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi (Martini, 1998).
Thermoregulasi pada manusia berpusat pada hipothalamus antherior. Terdapat tiga komponen atau pengatur sistem pengaturan panas yaitu thermoreseptor, hypothalamus, dan saraf afferent dan efektor thermoregulasi (Giancoli, 2001).
Berdasarkan pengaruh suhu dan lingkungan, suhu hewan dibedakan menjadi dua golongan yaitu poikilotherm dan homoitherm. Hewaan poikilotherm suhunya dipengaruhi oleh suhu lingkungan, suhu organ tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu organ luar hewan yang dipengaruhi oleh suhu sekitarnya. Perbedaan suhu pada bagian-bagian ini diakibatkan oleh adanya panas yang diproduksi. Panas yang diperoleh dan panas yang dilepasakan bagian tersebut. Hewan ini disebut juga hewan berdarah dingin (Duke, 1995).
Ternak pada kandang tanpa naungan mengalami cekaman atau beban panas yang lebih besar, sehingga akan melakukan aktivitas mekanisme termoregulasi melalui jalur evaporasi, baik melalui kulit maupun pernafasan, yang lebih besar jika dibandingkan dengan ternak yang berada di bawah naungan ( Arif Qisthon,2004).
G.    Uji Kebuntingan
Janin diselubungi oleh selaput janin yang disebut plasenta, dan berkembang menjadi calon anak yang pada saat kelahiran keluar melalui leher rahim masuk kevagina dan melanjut keluar melalui vulva. Plasenta secara alami akan keluar dengan sendirinya dari uterus melalui proses secara normal. Pelekatan selaput janin kedinding uterus dimungkinkan oleh adanya banyak kotiledon yang disamping berfungsi sebagai tempat perlekatan juga untuk menyalurkan nutrisi melalui aliran darah dari induk melewati tali pusar
(Akoso, 1996).
Bersatunya sebuah sperma dengan sebuah sel telur disebut fertilisasi. Apabila pada tuba Falopii terjadi pembuahan dan dihasilkan zigot maka zigot yang terbentuk ini akan bergerak ke arah rahim untuk menempel pada dinging rahim. Di rahim, zigot akan berkembang menjadi embrio terus menjadi janin. Agar dapat tumbuh, janin membutuhkan makanan, makanan tersebut diperoleh dari tubuh ibu dengan perantara plasenta. Masa antara penempelan zigot hingga kelahiran janin (fetus) disebut masa kehamilan atau gestasi. Embrio yang berkembang di dalam rahim dibungkus bermacam-macam selaput diantaranya selaput amnion, korion, sakus, vitelinus, dan alantois (Prawirohartono, 2004).
Pada tahap blastosis, zona pleuzida makin menipis dan menghilang memungkinkan sel-sel tropoblast, yang berkemampuan menerobos mukosa berkontak langsung dengan endometrium. Segera setelah itu sel-sel tropoblas mulai membelah, jadi menjanin dengan bantuan endometrium, tersedianya makanan bagi embrio, massa sel dalam, yang akan membulatkan badan embrio, bertumbuh sedikit selama tahap ini (Junqueira et al, 1995).
Rendahnya angka kebuntingan pada sapi PO disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetik dan pola pemeliharaan. Sapi PO bukan sapi murni asli Indonesia melainkan persilangan antara sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi lokal (Sosroamidjojo, 1980), sehingga daya adaptasi terhadap lingkungan tropis Indonesia lebih rendah daripada sapi Bali. Sapi PO sering digunakan untuk bekerja berat sebagai penarik gerobak dan pengolah lahan pertanian, sehingga dimungkinkan terjadinya kegagalan pembuahan (Sudarmaji, 2000).
H.    Pengamatan Preparat Awetan
Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan mereka mempunyai fungsi yang spesifik. Sebagai contoh, otot-otot jantung yang bercabang menghubungkan sel-jantung yang lainnya. Percabangan tersebut membantu kontraksi sel-sel dalam satu koordinasi (Campbell et al. 1999).
Fiksasi adalah untuk mengawetkan protoplasma agar terpelihara keadaan sewaktu masih hidup. Cairan fiksasi berperan sebagai pengawet, mencegah perubahan autolisis dan perkembangan bakteri. Biasanya cairan fiksasi menggumpalkan protoplasma, menjadikannya tidak larut, dan mengeraskan jaringan sehingga mempermudah pengirisan (Leeson, 1996).
Sel  jantung matang bergaris tengah lebih kurang 15 mm dan panjang antara 85 – 100 mm. Sel otot jantung memperlihatkan pola pita bergaris melintang yang sama dengan pola garis melintang pada otot rangka, akan tetapi tidak seperti otot rangka yang memiliki  inti banyak. Setiap sel otot jantung hanya memiliki 1 atau 2 inti pusat yang terletak di tengah. Di sekeliling otot terdapat selubung halus jaringan ikat endomisium yang mengandung jaringan yang kaya dengan pembuluh darah (Tambajong, 1995).
Jaringan pengikat padat ini terutama terdapat pada lapisan dermis kulit, lamia submucosa intestinum dan tractus umnanus. Elemen-elemen yang terkandung adalah sama dengan pada jaringan pengikat longgar, tetapi berkas-berkas serabut kologen lebih tebal dan tersusun kompak, selain itu ada yang serabut-serabut elastik. Substansia dasar yang amormik di sini lebih sedikit dan ada juga cel-cel mesenchimal yang belum berdifferensial, yang banyak terdapat di sepanjang kapiler-kapiler (Radiopoetra, 1996).
Tendo adalah paling umum dari jaringan ikat padat teratur. Tendo adalah struktur silindris panjang yang melekatkan otot rangka pada tulang, mereka tampak putih dan tak dapat direnggangkan karena banyaknya serat kolagen. Mereka memiliki berkas kolagen yang paralel yang berimpuls terhadap serat dan sedikit sitoplasma yang membungkus pada bagian serat kolagen (Burkit, 1995).